Saturday, August 3, 2013

Rabun Dekat "Just Cause"

Kali ini saya mau menyinggung-nyinggung sedikit masalah politik di negeri 1000 parabola. Bukan mau ngomongin seperti halnya para ahli politik lain, tapi hendak saya kaitkan dengan negeri saya dan orang-orangnya.

Negeri saya yang nun jauh di sana, kalau terbang ke negeri 1000 parabola butuh waktu hampir 12 jam, tiba-tiba riuh rendah saat ada penggulingan pemimpin di negeri 1000 parabola bulan lalu. Yang paling ribut tentu kelompok tertentu yang merasa sealiran dengan pemimpin yang digulingkan. Mereka terus menerus membuat postingan di wall atau memforward isi postingan orang yang isi pokoknya menahbiskan pemimpin terguling sebagai kelompok tertindas yang wajib dibela mati-matian dan mengutuk kelompok lainnya.

Iya sih...memang secara hukum apa yang dilakukan oleh kelompok yang menggulingkan itu salah, ngga mungkin dalam jangka 1 tahun seseorang bisa memperbaiki ekonomi negara yang porak poranda setelah bertahun-tahun salah urus. Tapi, yang dilupakan kelompok pendukung di negeri saya adalah mereka ini bukan pengamat poltik atau ekonomi negara 1000 parabola; mereka tidak mengikuti day to day berita dari negara ini, mereka tidak bicara dengan penduduk negeri 1000 parabola secara langsung. Mereka HANYA mengikuti perkembangan lewat media, yang isinya tentu saja terserah pemilik media, mau dibelokkan ke kanan, kiri, atas bawah, terserah mereka. Parahnya, kelompok pendukung  para pria berjanggut ini seperti pakai kacamata kuda, tidak mau melakukan cek dan ricek sebelum melontarkan makian lewat media sosial atau media apapun yang jadi sarana mereka bersuara.

Saya bukan pembela kelompok lainnya yang menggulingkan kelompok pria berjanggut. Apa yang dilakukan kelompok ini juga salah, lebay banget malah...dikit-dikit menggunakan kekerasan untuk membubarkan lawannya. Jelas itu melanggar HAM. Sementara kelompok pria berjanggut menggunakan taktik baru, pake wanita dan anak-anak untuk aksi protes...ini juga ngaco!! Pokoknya sama kacaunya lah...Kelompok pria berjanggut sibuk konsolidasi kelompok dan tidak mau mendengarkan faksi-faksi lain saat berkuasa, malah cenderung memusatkan kekuasaan di tangan mereka. Memilih menteri yang ga sesuai dengan portofolio pekerjaan, dan melakukan pembentukan opini bahwa semuanya baik-baik saja, padahal negaranya mau kolaps...Lah ya, gimana engga, kalo simpanan uang cuma cukup untuk 2 bulan beli makanan (wong individu aja disarankan punya simpanan hingga 6 bulan di muka, ini negara gitu). Belum lagi simpanan minyak n gandumnya yang sudah SOS tapi dibilang cukup mulu....Nah, kelompok berseragam yang ga sabar dan marah karena disingkirkan padahal sudah merasa menyumbang uang banyak buat bantuin negara, akhirnya menendang kursi kelompok pria berjanggut...duaarrr...jatuhlah para pria berjanggut. Tapi sekali lagi...penggunaan kekerasan untuk membubarkan lawan politik itu yang tidak saya sukai...sudah beratus yang jadi korban pertikaian politik. Saya garis bawahi, PERTIKAIAN POLITIK, bukan masalah agama.

Nah, yang jadi masalah adalah di negeri saya, banyak orang yang menderita rabun dekat, atau bahasa kerennya "just cause myopic". Iya...rabun dekat "just cause", masalahnya ribut mulu ketika negara 1000 parabola lagi meriang dan sibuk berkicau di media sosial membela pemimpin negara lain. Ketika pemimpin negaranya sendiri dihujat...ikutan menghujat. Trus...tangannya mungkin pada gatel angkat celana atau sarung untuk "berperang melawan ketidakadilan yang melanda pria berjanggut", tapi lupa menyingsingkan lengan baju saat sodara-sodaranya di tanah air tertimpa bencana. Rabun dekat kan itu namanya? Yang jauh kelihatan, yang dekat tak tampak di mata.

Pengaruh media memang dahsyat ya? Tapi para penikmatnya musti bersikap cermat, menelaah dan terus mempertanyakan kebenaran dan obyektivitasnya. Oya. sebelum lupa: apa yang diteriakkan kelompok-kelompok orang di negeri saya itu juga berimbas loh pada sodara-sodaranya di negeri 1000 parabola.Kelompok-kelompok di tanah air saya lupa bahwa dunia sudah tidak berbatas sekarang. Saya dengar sendiri keluhan teman-teman yang sedang menuntut ilmu di universitas tertua di negeri 1000 parabola; mereka merasa kuatir tinggal karena ada kelompok masyarakat setempat yang mengawasi mereka. Apa salah mereka? Ini karena aktivitas temen-temen dari negeri tetangga yang menulis berbagai hal di media sosial serta sikap sekelompok petinggi parpol di negara mereka yang mendukung berat salah satu kelompok dan menegasikan kelompok lainnya...sekali lagi, kacamata kuda yang mereka pakai...Rumor bahwa pelajar bertampang melayu akan disweeping jelas mengkuatirkan mereka, padahal mereka tak berpendapat sama sekali atau hanya sekedar berbantah ria diantara kelompok mereka sendiri. Nah...nah...saya tak ingin ini terjadi. Untungnya rakyat negeri 1000 parabola, at least yang saya temui  selama ini bersikap ramah, apalagi saat saya bilang saya dari Indonesia dan Sukarno adalah Presiden saya :)) Ditambah kata-kata Gamal Abdel Nasser dan Sukarno adalah teman...wow....sambutan mereka langsung gegap gempita (nggak sih...saya lebay kali ini). Para senior saya juga berusaha keras meyakinkan teman-teman pelajar agar jangan berpolitik atau memihak siapapun dalam pertengkaran di rumah bernama negara 1000 parabola. Saat bertemu para mitra setempatnya, para senior saya juga meminta agar otoritas setempat menjaga keselamatan mereka. Itu  yang paling penting bagi kami...

Jadi  jika bisa, bantulah kami menjaga keselamatan teman-teman sebangsa setanah air di negeri 1000 parabola dengan tetap menajga obyektivitas, mendukung tugas kami dan tidak memaki-maki atau berpihak di salah satu sisi. Tentunya saya ingin masa tugas saya di negeri 1000 parabola berjalan baik, dan negeri ini damai kembali. Suara siapapun di dalam negeri akan beresonansi di luar negeri...tulisan siapapun di media sosial bisa dengan mudah mempengaruhi dan memiliki persepsi tersendiri bagi tiap orang yang membacanya. Apalagi tulisan di media besar yang memerlukan ketelitian dan kejernihan untuk "read between the lines". Salam....




No comments:

Post a Comment