Tuesday, July 23, 2013

Aalatuul, Yamiin, Shimal....



Aalatuul, Yamiin, Shimal......


Bulan ini memasuki bulan ketiga saya bertugas di negeri seribu parabola…maaf, sepertinya lebih banyak parabola daripada menara di negeri berperadaban lebih dari 5000 tahun ini. Bagaimana tidak? Diantara gedung-gedung apartemen yang saling berdesakan di kota Kairo,  sempatkanlah mendongak ke puncak-puncaknya, maka anda akan lihat parabola berbagai ukuran saling berhimpitan seperti jamur berdesakan di atas kayu mati di musim hujan. Dengan parabola, hiburan dari negeri-negeri tetangga, kisah-kisah yang masuk berita di sepanjang jazirah Arab dan Afrika Utara bisa ditangkap, dibicarakan, kadang mengundang polemik hingga tingkat nasional. Misalnya saat pemimpin negeri ini yang digulingkan beberapa saat lalu menyerukan pemutusan hubungan dengan negeri seberang yang tengah dilanda perang saudara, dan membiarkan jika ada rakyatnya yang “berjihad” ke sana. 


Tapi saya tak mau bicara politik negeri lain di tulisan ini. Lebih baik saya cerita tentang kehidupan saya yang sangat berbeda dari di Indonesia. Sungguh…kadang pengalaman yang saya lalui sehari-hari bikin ketawa, bikin sebel, bikin gondok…karena sifat manusia dan bangsa memang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ambil contoh tentang taksi. Pengalaman saya naik taksi di Jakarta atau Semarang, umumnya menyenangkan. Taksi-taksi merek tertentu dengan meter yang pasti, dengan pengemudi yang tahu arah yang saya ingin tuju, nyaman berpendingin udara, tentu membuat pengalaman naik taksi menyenangkan. Tak jarang saya akan memberikan uang lebih dari meter yang tertera di akhir tujuan. Namun, hal itu jarang terjadi di Kairo. Ada dua jenis taksi di Kairo, hitam yang tidak bermeter, jadi anda musti pintar nego dalam bahasa Arab supaya dapat ongkos murah dan putih yang (seharusnya) nyaman, ga perlu nego dan meternya pasti. Of course, saya memilih naik taksi putih, dengan asumsi pelayanan sama seperti di Jakarta, namun yang saya alami sering bikin sebel bin dongkol. Memang ada beberapa pengemudi yang jujur, tidak memainkan meter taksi dan pengemudinya ramah. Namun tak jarang saya harus menahan gondok. Betapa tidak, ada yang memainkan meter, dengan dahsyatnya, sehingga ongkos dari apartemen ke kantor yang biasanya hanya LE 9 atau 10 menjadi LE 25. Atau yang sengaja tidak menyalakan meter dengan alasan rusak. Belum lagi, meskipun berpendingin, jarang ada taksi yang mau menyalakan AC mobilnya, lebih memilih membuka jendela lebar-lebar, membiarkan debu kota Kairo masuk, bikin penumpang kepanasan pula karena suhu udara Kairo yang panas dan kering. Ada juga yang punya modus menaikkan penumpang (karena lokasi itu jarang taksi), lalu di tengah-tengah jalan tol baru nego harga! Hah….mau marah ga sih?? Atau yang lebih antik, di tengah jalan menuju apartemen, pengemudi menaikkan penumpang lain…serasa naik angkot rasanya kan?? 


Ada lagi pengemudi taksi yang sok tahu dengan arah yang kita tuju, alih-alih nyampe, malah nyasar ga jelas, itupun masih ngeyel bilang kalau itu alamat yang kita tuju. Nah…untuk menghindari pengalaman yang sama terulang, saya akan membawa secarik kertas bertulisan arab mengenai tempat yang saya tuju. Atau…nah, ini untungnya punya banyak teman dan staf yang jago berbahasa Arab: telpon teman, minta dia bicara ke sopir taksi dalam bahasa Arab, tempat yang akan kita tuju. Beres kan….


Nah..nah…apa yang saya ceritakan di atas jangan sampe menghalangi keinginan untuk eksplorasi Kairo dan sekitarnya ya? Banyak tempat wisata yang masuk dalam daftar wajib kunjung. Jadi, caranya, kalau ada taksi yang sepertinya pengemudinya ok, tanyakan no hpnya, jadi next time butuh taksi, tinggal panggil lewat hape. Eh…tapi tetep harus nego harga ya…. 


Oya, kalau memang anda tahu pasti arah yang dituju, kuasai tiga kata ini: lurus, kanan dan kiri dalam bahasa Arab alias aalatuul, yamiin, dan shimal (sorry kalau salah ejaan J). Jangan lupa, kasih pengemudi petunjuk hotel atau bangunan yang paling gampang diketahui yang dekat dengan arah tujuan dan daerahnya, untuk memastikan memang itu tujuan anda. Misalnya saya, karena kantor saya di belakang hotel Four Season, maka saya pastikan saya bicara dengan jelas: Four Season Funduq, Garden City. Ehehehe…karena tampang saya Asia, pengemudi taksi yang berpengalaman langsung tahu pasti kantor saya, pasti yang itu…. :D

****

No comments:

Post a Comment